Membangun Kesadaran dan Membangkitkan Ruh Semangat Juang di Masyarakat

Jika kita mendengar kata Jihad mungkin bias menjadi 2 hal yang sangat bertolak belakang. Pertama, Jihad yang disukai, Kedua, Jihad yang tidak disukai atau bahkan dibenci. Itulah fenomena yang menjatuhkan akan makna jihad yang sesungguhnya pada hari ini. Mengapa harus terbagi menjadi 2 hal tersebut.
1. Jihad yang Disukai
Dalam hal ini sangatlah jelas bahwa banyak dari kalangan Kaum Muslimin pada umumnya memiliki pemahaman Jihad yang disukai. Mengapa demikian, hal ini dikarenakan upaya pemerintah dalam memerangi Terrorisme sehingga berdampak kepada penyimpangan makna Jihad itu sendiri. Pada dasarnya wajib hukumnya bagi kaum muslimin memiliki pemahaman sebagaimana yang telah disyari’atkan dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah. Salah satu diantaranya adalah Jihad. Beberapa contoh penyimpangan makna jihad yang banyak dilakukan oleh oknum-oknum Da’I dan Orang-orang Munafik dalam menjauhkan makna jihad yang sebenarnya dalam islam diantaranya adalah Jihad adalah Menuntut ‘Ilmu, Jihad adalah Birrul Walidain, Jihad adalah melawan Koruptor, Jihad adalah memerangi terrorisme, Jihad adalah mencari nafkah, dan Jihad-jihad yang lainnya yang dijadikan dalih untuk menjauhkan makna jihad.

2. Jihad yang tidak Disukai / Dibenci
Sudah sangat jelas bahwa jihad semacam ini selalu diidentikan dengan Perang, Bau Darah, Hilangnya Nyawa, Bahkan hancurnya suatu daerah Dsb. Lalu apakah jihad harus selalu bermakna demikian? Jawabannya adalah tidak. Karena jihad bias berbentuk sebagaimana yang saya sebutkan di poin pertama. Namun suatu Kesalahan Besar dan FATAL apabila memaknai Jihad yang sesungguhnya sebagaimana di poin pertama tersebut. Padahal dalam al-Qur’an sangat jelas bahwa Jihad kebanyakan dimaknai dengan Perang tidak ada yang lain.

Memang pada dasarnya manusia membenci peperangan, pertumpahan darah, dan kehancuran. Namun sebagai muslim yang mengaku cinta terhadap Rabb dan RasulNya tidak semestinya bersikap demikian. Jihad itu merupakan Syari’at Allah manakala panggilan Jihad tersebut diserukan maka wajib (bagi yang memiliki kemampuan) bagi kaum muslimin untuk menyambut seruan tersebut.

Kurangnya Kepedulian Masyarakat Terhadap Jihad & Mustadh’afiin

Bias kita perhatikan bahwa mayoritas kaum muslimin pada hari ini sudah tidak peduli dengan jihad fii sabilillah & keadaan saudara-saudaranya sesame muslim yang tertindas. Mereka lebih memilih bersikap diam daripada terlibat dengan suatu urusan yang bias membahayakan dirinya dan keluarganya. Jika ditanyakan kepada mereka “Mengapa kalian tidak berjihad?” kebanyakan dari mereka menjawab “Ini adalah negara aman”, “tidak ada perintah dari presiden”, “kami tidak memiliki kemampuan untuk berjihad”, “biarkan saja, toh itu terjadinya di luar daerah”, “serahkan saja kepada pemerintah”, “kita hanya menunggu perintah” dan serentetan alasan-alasan lainnya.

Sungguh apakah kita yang mengaku sebagai muslim harus bersikap demikian? Lalu kemana Ikrar yang dulu pernah terucap bahwa kita telah bersumpah “Laa ilaaha Ilallaah Muhammadurrasulullaah”?! apakah sumpah tersebut hanya sebatas pengucapan lisan tanpa ada Amanah dan konsekuensi yang harus dipertanggung jawabkan? Wallaahi wahai saudaraku, sungguh kelak pada hari kiamat nanti akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang kita Ikrarkan, untuk apa masa-masa kehidupan ini kita habiskan.

Lihatlah saudara-saudara kalian yang berada dibelahan dunia lain, atau jangan jauh-jauh lihatlah keadaan saudara kalian di negeri sendiri, apakah kita sebagai sesame muslim memiliki kepedulian terhadap mereka? Lalu mengapa kita masih senang menikmati apa yang kita miliki saat ini. Kekayaanmu akan habis, Istrimu akan menjadi tua dan meninggal, dan anak-anakmu pun pasti akan pergi, begitupun dirimu. Semuanya adalah milik Allah dan semuanya pun akan kembali kepadaNya.

Sadarlah bahwa hari ini kalian telah DI NINA BOBOKAN, DILEMAHKAN, DIJADIKAN SEEKOR KUCING PELIHARAN yang DIBERI MAKAN & TERTIDUR LELAP Di Kandangnya! Sadarlah bahwa kalian (yang merasa muslim) DIBUNUH PELAN-PELAN Dengan diberikan kenikmatan hingga tiba pada waktunya nanti Kalian akan DIBINASAKAN atau DIJADIKAN ORANG-ORANG YANG RELA MENGKHIANATI AGAMANYA DEMI SECUIL DUNIA!

Saya tidak akan panjang lebar mengenai Kewajiban seorang muslim memiliki Kemampuan untuk berjuang atau Minimal memiliki semangat juang membela Kaum Muslimin. Karena sudah sangat banyak dalil-dalil tersebut tersebar, tinggal sejauh mana kesadaran kita mencari dan memahami apa yang telah disampaikan Rasulullaah kepada ummatnya hingga hari ini.

Solusi Membangun Kesadaran dan Membangkitkan Semangat Juang Kaum Muslimin

1. Kesadaran Beragama (‘Ilmu)
Banyak kaum muslimin hari ini lupa akan kewajibannya sebagai muslim, mereka lebih nikmat terhadap kenikmtan dunia yang diperoleh dari hasil kerja kerasnya selama ini. Sedangkan mereka tidak sadar bahwa mereka pelan-pelan sedang dijauhkan dari AgamaNya agar mereka menjadi lemah dan mudah diserang ketika lengah.

Pelajari dan dalami ‘Ilmu agama, jangan takut dianggap sebagai fanatic, radikal dan sebagainya. Bangun kesadaran itu dari diri sendiri, jangan menanti orang lain melangkah baru kita ikut melangkah. Ketika sudah memahami hakikat Islam maka kita akan merasakan apa yang terjadi sesungguhnya di sekitar kita.

2. Kepekaan terhadap kondisi ummat
Ini juga wajib diperhatikan, jauhkan sikap ketidak pedulian. Ingat bahwa Muslim satu dengan muslim lainnya adalah BERSAUDARA dan WAJIB memberikan PEMBELAAN terhadap mereka yang tertindas. Paling tidak memberikan support baik moril maupun materiil.
3. Jangan termakan propaganda & opini sesat
Sebagai Ummat Muslim yang berilmu tidak sepatutnya kita menelan setiap informasi yang disampaikan melalui media-media yang menjadi corong musuh-musuh Islam menjauhkan Kaum Muslimin dari Jihad membela islam dan kaum muslimin. TELITI dan CERDAS itu modal yang sangat penting dalam mengolah setiap informasi yang kita peroleh. Jangan mau dibodoh-bodohi oleh media, percuma saja Allah menganugerahkan pada kepala manusia yang berupa OTAK jika tidak digunakan untuk berpikir dengan jernih!

4. Jauhi oknum-oknum da’I sesat
Saya tidak menyuruh anda semua untuk membenci Da’i-da’I yang menjadi panutan anda saat ini. Namun pahamilah bahwa menuntut ’Ilmu Dien itu tidak bias serta merta harus mengikuti sebagaimana yang da’I tersebut katakana dan lakukan. Jika baik laksanakan, jika ternyata menyimpang maka tanyakan dan apabila jawaban yang diperoleh tidak sebagaimana yang terpaparkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah maka cukup jauhi pendapat-pendapat tersebut. Jangan sampai hanya karena dalil (yang dibuat-buat / disamarkan) kita jadi antipati atau benci terhadap suatu syari’at Allah.

5. Jangan pernah membenci Jihad (perang) & Mujahidin
Sekali anda membenci Jihad (Perang) dan para mujahidin pasti anda akan membenci setiap hal yang dilakukannya. Apapun yang mereka lakukan, meski mereka beralasan dengan Dalil-dalil Syar’I pasti anda tidak akan setuju. Karena apa? Karena dari awal anda sudah membentuk kebencian tersebut pada saat anda belum memahami Makna Jihad dan apa itu Mujahidin yang sesungguhnya.

Dan perlu dipahami bahwa hari ini mereka yang berjihad adalah Manusia Biasa yang mungkin saja melakukan kesalahan yang tidak kita suka. Namun bukan bearti ketidak sukaan tersebut menjadi dalih untuk membenci mereka. SALAH BESAR jika anda melakukan hal demikian. Nasehatilah, Kritiklah mereka namun jangan memojokan mereka karena kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat sehingga tiimbul kebencian pada diri anda dan orang lain. Berilah Nasehat dan Kritik yang membangun, yang tetap mempertahankan semangat dan menjadikan mereka lebih inovatif dan kreatif dalam berjuang. Dan jangan pernah lupa bahwa orang-orang kafir (meskipun bersikap baik) tidak akan pernah suka terhadap kaum muslimin sampai mereka keluar dari Islam dan pastinya anda tidak ingin ketika suatu hari orang-orang kafir memerangi kaum muslimin secara besar-besaran anda dan keluarga menjadi korban peperangan tersebut meskipun anda berpihak kepada orang-orang kafir.

Sikap para juru dakwah dan pejuang islam terhadap Kaum muslimin

1. Jujurlah dalam berdakwah
Tidak sepatutnya seorang juru dakwah atau mereka yang sudah terjun langsung ke medan peperangan menghukumi mereka (masyarakat) yang belum mampu terjun ke dunia dakwah atau peperangan. Karena sikap tersebut hanya akan membuat mereka semakin antipati dan menjauhkan simpati mereka terhadap dakwah dan jihad itu sendiri.

Dan tugas para da’i lah untuk memberikan pemahaman tersebut kepada masyarakat dengan bahasa dan cara yang bisa dengan mudah diserap oleh masyarakat pada umumnya. Jangan pernah menjauhkan sedikitpun syari’at yang sudah ditetapkan dalam nash-nash!

2. Jangan menghakimi mereka karena kebodohannya
Ingat bahwa tidaklah berdosa seseorang yang tidak memiliki pengetahuan atas apa yang dilakukannya. Seseorang memang mengetahui keadaannya masing-masing namun bukan bearti mereka sadar bahwa mereka sedang terjerumus / dijerumuskan kedalam kejahilan yang menyesatkan mereka. Sekali lagi ini adalah tugas para Ahlul ’Ilmi! Jangan pernah memaksa mereka tapi ajaklah mereka dengan penuh kelembutan dan ketegasan yang membuat hati mereka terketuk akan kesadarannya dalam beragama.

3. Jangan mentahdzhir atau mentakfir secara serampangan karena kesalahan-kesalahan yang masih bisa ditolerir atau diperbaiki kesalahannya
Salah satu diantara banyak kesalahan para da’I adalah terlalu mudah menghukumi sesuatu tanpa ada proses nasehat dan peringatan terhadap pelaku maksiat dan berlebih-lebihan dalam menanggapi suatu persoalan. Ingatlah sebesar apapun kesalahan yang diperbuat oleh kaum muslimin tidak sepatutnya bagi seorang da’I menghukum mereka secara berlebihan, sehingga menimbulkan rasa kesal dan benci terhadap apa yang telah kita lakukan kepada mereka. Pointnya adalah, jangan sampai keberpihakan mereka terhadap dakwah dan jihad menjadi sikap antipati terhadap keduannya. Nasehati mereka, tegur mereka namun jangan sampai menjadikan semangat mereka jatuh dan lemah dalam memperjuangkan islam.

4. Kembangkan potensi kaum muslimin dalam berbagai aspek
Setiap individu atau kelompok pastilah memiliki kemampuan. Ya, kemampuan dimana bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam perkembangan pribadi maupun kelompok. Namun dalam hal ini adalah memaksimalkan potensi yang dimiliki kaum muslimin agar bisa menjadi factor penopang tegaknya ‘Izzul Islam wal Muslimin. Sekecil apapun kemampuan yang mereka miliki manfaatkan dan kembangkan, karena tidak jarang sesuatu yang besar itu dmulai dari sesuatu yang kecil kalo kita mau merintisnya sejak awal.

5. Berilah perhatian yang memacu semangat juang & kepedulian mereka terhadap Islam
Jangan dicuekin! Ini juga penyakit yang sering terjadi dikalangan para aktivis dakwah. Hanya peduli terhadap keadaan dirinya sendiri dan teman-teman satu kelompoknya tanpa mau memperhatikan keadaan orang-orang diluar kelompoknya. Hal ini juga yang menjadi sebab rentannya ukhuwah sesame muslim hingga terjadilah yang namanya Iftiroqul Ummah.

6. Utamakan Ukhuwwah & Jangan bermusuhan
Ukhuwwah juga merupakan salah satu factor terpenting dalam terwujudnya kemenangan Islam. Bisa kita lihat bagaimana para penduhulu kita berjuang menegakan dan membela islam tanpa mau membeda-bedakan golongan, etnis atau kebangsaan! Mereka mau merapatkan barisan karena 1 keyakinan, 1 Prinsip yang mereka pegang teguh!

Janganlah hanya karena persoalan yang masih bisa dipecahkan dan dicari solusinya menjadi penyebab kelompok 1 dengan yang lain saling bermusuhan karena berlebihan dalam menanggapi persoalan tersebut. Ingat, jika ingin menang dan sukses dalam berjuang abaikan persoalan-persoalan yang bisa mengalihkan focus kita dalam memerangi musuh-musuh Islam.

Itulah beberapa upaya dalam membangun kesadaran dan membangkitkan semangat berjihad di masyarakat dan kaum muslimin pada umumnya. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa hal ini tidak hanya ditujukan kepada mereka yang awam terhadap hal-hal demikian tapi juga kepada mereka yang sudah memahami dan memiliki kapasitas pemahaman yang memadai. Karena tidak sedikit pula mereka yang memiliki pemahaman yg bagus tapi kurang dalam menyikapi segala sesuatu sesuai dengan keadaan dan kondisi yang terjadi.

Silahkan tinggalkan komentar sahabat…